Perawat Pasien Corona Akui Sulit Kontrol Emosi: Saat Video Call sama Anak, Mereka Lagi Lucu-lucunya

Firly Febriana menceritakan bagaimana kehidupannya sebagai perawat pasien Corona (Covid 19) di RSUD Cibinong semakin berat. Harus menenangkan emosi pasien, sekaligus menahan rindu, perasaannya kerap kali campur aduk. Firly mengakui emosi dirinya kadang tak stabil apabila rasa rindu sedang memuncak karena telah satu bulan tidak kembali ke rumah.

Pada acara iNews Sore , Sabtu (18/4/2020), awalnya Firly bercerita sudah satu bulan lebih dirinya tidak pulang ke rumah. Ia meninggalkan tiga anak, suami, beserta orangtuanya untuk berjuang menangani pasien Covid 19 di garda terdepan. Tak lagi tinggal di rumah, dirinya kini tinggal di mess yang disediakan oleh pihak rumah sakit.

"Kurang lebih tanggal 16 Maret saya mulai pindah ke mess yang disediakan oleh rumah sakit, sampai hari ini," ujar Firly. Firly mengatakan kesehariannya kini harus berhadapan dengan pasien Covid 19, mulai dari tahap paling awal. Tahap tersebut adalah tahap dimana pasien tidak bisa menerima dirinya tertular Covid 19.

Pada masa masa tersebut Firly mengatakan diperlukan perhatian khusus agar pasien bisa tenang, dan emosinya tidak labil. "Gimana kita harus mengontrol emosi pasiennya sendiri, kita harus bisa menenangkan pasien," kata Firly. Firly menceritakan emosi pasien berat untuk ditenangkan karena keluarga pun tidak bisa datang menjenguk, dan menemani.

"Karena kalau pasien Covid itu tidak bisa ditunggu oleh pihak keluarga," katanya. "Jadi otomatis total care itu 24 jam pasien sama kami," lanjutnya. Firly lalu menceritakan bagaimana dirinya kadang kesulitan menenangkan diri, karena harus mengatur emosi pasien, dan emosi dirinya sendiri yang rindu akan keluarga, dan anak.

"Campur aduk rasanya, makannya berlawanan," katanya. "Di satu sisi itu saya harus mengontrol emosi saya sendiri, tapi di satu sisi lain juga ada pasien yang harus saya jaga emosinya, perasaannya," sambung Firly. Firly mengatakan sebagai perawat, prioritas pertama tetap pasien, meskipun dirinya sendiri juga dirundung kesedihan, dan kerinduan yang mendalam.

"Kita harus tetap membuat mereka tenang, enggak perlu sampai pikirannya kacau, itu enggak boleh," jelas Firly. Dalam rangka menenangkan pasien, Firly menjelaskan dirinya terus mengedukasi tentang seluk beluk penyakit Covid 19. "Semaksimal mungkin kita buat tenang, kita edukasi tentang penyakitnya, kita kasih support."

"Kita selalu beri semangat pokoknya untuk pasien." "Sementara kita sendiri emosinya kadang belum bisa dikendalikan," imbuh Firly. Firly bercerita emosi dirinya menjadi tak terkendali ketika rasa kerinduannya kepada anak memuncak.

"Saat saya video call sama anak anak saya, melihat mereka lagi lucu lucunya, saya enggak ada di situ, saya hanya bisa melihat melalui WhatsApp video call," katanya. "Sementara hati saya pengen saya ada di situ nemenin mereka," lanjut Firly. Joko Wibowo, suami perawat yang jenazahnya ditolak warga, berharap kejadian tragis itu hanya dialami oleh mediang sang istri.

Tak hanya dirinya, Joko Wibowo menyebut anak anaknya pun sempat mengalami trauma saat melihat aksi penolakan jenazah sang ibu. Hal itu disampaikan Joko Wibowo melalui tayangan Mata Najwa, Rabu (15/4/2020). "Anak saya ada 3 Mbak Najwa, putri semua kebetulan. Kondisinya sehat," kata Joko.

"Yang pertama itu sudah kelas 1 SMA usia 16 tahun kemudian yang kedua kelas 5 SD usia 11 tahun, yang ketiga kelas 3 SD 9 tahun." Joko mengatakan, ketiga anaknya sempat merasa stres meratapi nasib mediang sang ibu. Namun, sebagai orang tua, Jokowi mengaku sudah mengeduksi dan memberikan pemahaman pada ketiga buah hatinya itu.

"Ya awalnya tentu tetap stres, trauma ya lihat ibunya seperti itu, sudah merawat pasien sampai dia mengorbankan diri, meninggal," ujar Joko. "Tentu saat pertama trauma tapi saya sebagai orang tua terus mengedukasi sehingga bisa menerima bahwa manusia itu hanyalah sekedar hidup di dunia, Tuhan yang menentukan." Terkait kejadian pahit yang dialami mediang istrinya, Joko berharap hal serupa tak akan kembali terjadi pada pasien Virus Corona yang lain.

Sebab, ia menyebut kejadian itu layaknya getir yang dirasakan keluarganya. "Akhirnya anak anak bisa menerima," jelas Joko. "Ya pertama mudah mudahan ini terakhir kali terjadi pada istri saya, karena memang rasanya pahit, getir melihat seperti itu."

Tak hanya itu, Joko juga berharap dirinya dan ketiga buah hatinya bisa melanjutkan hidup dengan baik selepas kematian korban. Joko mengharapkan ketiga buah hatinya tak akan dikucilkan di masyarakat atas kejadian itu. "Yang kedua saya berharap di kemudian hari anak anak saya tidak diisolasikan oleh penduduk lagi," ungkap Joko.

"Artinya anak anak ini masih kecil, nanti ketika dia masuk sekolah jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan, dikucilkan teman temannya." "Kemudian mudah mudahan anak saya dapat belajar pendidikan yang lebih baik tanpa ibu di sampingnya," tukasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *